Pesan Neisbith Melawan Korupsi
Penulis buku yang seringkali meramal masalah hari esok (futurology) namanya John Neisbith sempat memperingatkan, jika di masa serba paradok, manusia memuja style berkawan, style bercinta, style berpolitik (style membuat pemerintahan), style berbudaya, serta beberapa perkembangan yang lain yang berbentuk mengagetkan, yang lain jauh dengan warga awalnya. Mereka menjadi objek perkembangan besar karena desa dunia yang memengaruhinya, tetapi mereka ialah subyek atas perkembangan dirinya.
Apakah yang dikatakan Neisbith itu untuk isyarat, jika style berpolitik atau membuat pemerintahan tidak mudah, pasalnya perlu bisa banyak ynag inginkan (mengidealisasikan) berlangsungnya perkembangan, sesaat cukup banyak juga yang inginkan bertahan atau dalam stagnasi kultural serta structural yang jika perlu semakin deviatif.
Terdapat beberapa juga yang inginkan berlangsungnya perkembangan, tetapi perkembangan yang diinginkannya bukan perkembangan yang positip, tetapi perkembangan yang bercorak pelanggaran pada norma-norma. Situasi demikian ini diniscayakan akan berlangsung atau ada pada lingkaran perubahan atau perkembangan kekuasaan apa saja di negara mana saja, termasuk juga di Indonesia.
Walau saat ini contohnya presiden Joko Widodo ajak tiap unitnya untuk lakukan penghematan atau menggalang pergerakan anti pemborosan, tetapi pergerakan ini dapat tidak berhasil di ranah empirik, saat beberapa punggawanya semakin bersyahwat jatuhkan pilihan sebaliknya.
Jika semacam itu, pada akhirnya bukan pemerintahan (kekuasaan) untuk rakyat (power for people) yang terjadi, tetapi kekuasaan untuk diri, keluarga, kelompok, serta beberapa pihak lain yang termasuk "koncoisme privat". Situasi semacam ini merupkan ujian tiap pengemban atau pengelola resim apa saja, yaitu situasi dimana tetap ada beberapa pihak yang dengan maksud dapat manfaatkan tempat atau kedudukan yang didudukinya untuk "merengkuh" siapapun yang dapat diseret dalam ranah sindikasi kekuasaan yang memberikan keuntungan dengan cara instant serta permisif.
Dalam ranah pembelotan mandat itu, seorang atau beberapa kumpulan orang yang isi gugus kekuasaan bukan untuk penjaga kepribadian yang baik atau pengemban mandat yang teguh, tetapi untuk "beberapa kumpulan beberapa tukang" yang salah satunya jadi tukang habiskan, mengeroposi, atau memboroskan budget.
Mereka itu ada bukan untuk "si pengabdi", tetapi untuk "pemburu" yang dimana saja berupaya membuat lubang-lubang yang dinilai dapat datangkan keuntungan. Namanya "pemburu", mereka terus dapat memperlebar jaringannya dengan menyertakan siapa saja yang dapat dilihat dapat memberi jalan mulus untuk merealisasikan keperluannya.
Idealitasnya, pergerakan kepribadian serta structural berbentuk penghematan harus dilaksanakan oleh pilar-pilar pemerintahan wilayah seperti eksekutif serta legislatif dengan memperlihatkan keteladanan nyata. Mesin-mesin kekuasaan ini memakai logika pintar serta semangat kerja dan etik kedudukannya untuk mengurus budget secara benar, pas target, serta betul-betul memperhitungkan kepatutan, rasionalitas, serta berat pekerjaan dengan kandungan pembiayaannya.
Pekerjaan yang berkelit pembangunan, peningkatan, pengentasan kemiskinan, pendayagunaan, perlindungan hak kesehatan warga kecil, training keterampilan, dan lain-lain, dapat jadi pekerjaan yang terwujud serta dalam pelaporannya memperlihatkan keberhasilan, tetapi pekerjaan ini dikerjakan dengan pembiayaan yang besar sekali, disobyektifitas, tidak logis, serta memiliki kandungan banyak cacat kepribadian dalam realisasinya, hingga pasti memiliki kadar korupsi kulturalistik serta skemaatis.
Beberapa angka tidak logis serta disobyektifitas menyengaja dimasukkan dalam formasi pembelanjaan budget konsumeristik agar tiap mesin susunanal eksekutif atau legislatif dapat memperoleh keuntungan besar. Pekerjaan yang seharusnya benar-benar efisien dikerjakan sehari, tetap dikerjakan 3 hari contohnya untuk memperoleh serta menumpuk beberapa pundi keuntungan.